Sabtu, 16 Februari 2013

The Failed Move On





Kami masih dipertemukan lagi,
Yang ku ingat...beberapa bulan sekali biasanya dia datang.
Dan sekarang biasanya ia datang, ya benar ia datang.
Kali ini aku melihatnya berjalan beriringan,
Hanya terpisah beberapa loncatan kakiku saja.
Dan seperti biasa rasanya hati ini juga meloncat kesana-kemari.

Aku pernah berniat untuk pura-pura tak melihat,
Tapi salah...aku tak pernah begitu.
Aku berjalan lurus tak pedulikannya..tapi kaki menyuruhku untuk berhenti,
Lagi-lagi aku kalah oleh hatiku sendiri

Sapaan yang hanya ku terima beberapa bulan sekali itu merindukan tapi sekaligus menyakitkan.
Mencoba untuk mengobrol seperti biasa dengan intonasi yang normal itu sungguh sulit.
Mengobrol dengan menyimpan sejuta perasaan itu...sama saja berpura-pura,
dan aku tak pandai berpura-pura.

Sejak aku sadar bahwa percakapan itu
Setengahnya adalah percakapan bulan-bulan yang lalu.
Ya, percakapan yang sama terulang setiap kami bertemu.
Satu yang kuingat dan berbeda dari empat bulan yang lalu adalah perkataannya tentang betapa cepat waktu sudah berjalan, dan pertanyaan tentang bagaimana kedepannya aku harus berjalan. Selebihnya adalah Percakapan bulan-bulan yang lalu, sama, persis.
Di tempat yang sama juga, empat bulan yang lalu.

Pertemuan ini berakhir begitu, aku pergi,
Karna bertahan disana hanya membuatku semakin sadar,
Bahwa ada orang yang ditunggunya,
Bahwa ia datang untuk itu,
Orang yang mungkin akan lebih senang daripada aku jika bertemu dengannya.
Aku hanya tidak tahu cara menghadapi situasi itu di depan mataku,
dan aku...entah kenapa, sedih.

----dan pasti ada dia yang lain
yang jauh lebih baik dari dia yang bukan...----

1 komentar :

Sabtu, 16 Februari 2013

The Failed Move On





Kami masih dipertemukan lagi,
Yang ku ingat...beberapa bulan sekali biasanya dia datang.
Dan sekarang biasanya ia datang, ya benar ia datang.
Kali ini aku melihatnya berjalan beriringan,
Hanya terpisah beberapa loncatan kakiku saja.
Dan seperti biasa rasanya hati ini juga meloncat kesana-kemari.

Aku pernah berniat untuk pura-pura tak melihat,
Tapi salah...aku tak pernah begitu.
Aku berjalan lurus tak pedulikannya..tapi kaki menyuruhku untuk berhenti,
Lagi-lagi aku kalah oleh hatiku sendiri

Sapaan yang hanya ku terima beberapa bulan sekali itu merindukan tapi sekaligus menyakitkan.
Mencoba untuk mengobrol seperti biasa dengan intonasi yang normal itu sungguh sulit.
Mengobrol dengan menyimpan sejuta perasaan itu...sama saja berpura-pura,
dan aku tak pandai berpura-pura.

Sejak aku sadar bahwa percakapan itu
Setengahnya adalah percakapan bulan-bulan yang lalu.
Ya, percakapan yang sama terulang setiap kami bertemu.
Satu yang kuingat dan berbeda dari empat bulan yang lalu adalah perkataannya tentang betapa cepat waktu sudah berjalan, dan pertanyaan tentang bagaimana kedepannya aku harus berjalan. Selebihnya adalah Percakapan bulan-bulan yang lalu, sama, persis.
Di tempat yang sama juga, empat bulan yang lalu.

Pertemuan ini berakhir begitu, aku pergi,
Karna bertahan disana hanya membuatku semakin sadar,
Bahwa ada orang yang ditunggunya,
Bahwa ia datang untuk itu,
Orang yang mungkin akan lebih senang daripada aku jika bertemu dengannya.
Aku hanya tidak tahu cara menghadapi situasi itu di depan mataku,
dan aku...entah kenapa, sedih.

----dan pasti ada dia yang lain
yang jauh lebih baik dari dia yang bukan...----

1 komentar :

Trending of Mademoiselle