Minggu, 05 Mei 2013

Panda’s Heart





Jika boleh menginterupsi takdirnya, panda mungkin akan melewatkan 6 tahun yang membuat kelopak matanya menghitam. Enam tahun yang membuat hidupnya seperti alat pendeteksi detak jantung, naik-turun-mendatar dan berulang. Panda bisa dibilang salah menjatuhkan hatinya, dan ia tidak tahu jika itu hanya membuat ia punya harapan tinggi-lalu jatuh-menggapainya lagi-lalu jatuh

Itu tidak mudah untuk panda yang dari matanya saja sudah terlalu lelah, terlebih harus berusaha terbang dengan tubuh gempalnya. Sekali ia pernah terperosok dalam lubang yang dangkal, ia kecewa...ia bangun dan bilang “tidak apa-apa, tidak apa-apa...”. Lubang itu adalah perasaannya, yang masih berdasar, masih kosong. Panda tak menginterupsi takdirnya, ia biarkan yang ia sayangi bahagia dengan yang lain.

Panda masih sering mengintip lubang berdasar itu, sesekali tersenyum karena ada kebaikan yang ia terima dari yang disayanginya, walau tidak bersamanya. Dua kali ia pernah terperosok dalam lubang yang sama, tapi kali ini lubang bertambah dalam, perasaan yang lebih dalam. Dengan susah payah ia menarik diri keluar dari lubang perasaannya, sambil menangis ia berkata, “tidak apa2, walau sebenarnya ini lebih sakit dari yang terakhir”

Tak ada kuasa untuk menginterupsi takdir, untuk kedua kali yang disayanginya bahagia dengan yang lain. Panda duduk di tepi lubang perasaannya, melihat kedalam seperti mencari dasarnya... sepertinya kali ini jauh-jauh lebih dalam, Panda berbisik, “akankah aku jatuh lagi di lubang yang semakin dalam ini? Karena kali ini sepertinya aku tidak akan bisa memanjat keluar”

Takdir mendorongnya lagi di lubang persaannya yang terdalam, benar...seperti tak berdasar, Panda jatuh tanpa menyentuh dasar, turun...dan turun. Ketiga kalinya ia jatuh di lubang perasaan yang sama, dan kali ini rasanya tak terelaskan...mungkin karena tidak berdasar jadi tidak sakit. “Aku sudah sampai pada perasaan ini, tak ada yang bisa kulakukan untuk menarik diriku sendiri, sehingga bolehkah aku menikmatinya saja untuk yang terakhir?”

Lubang perasaannya tetap terbuka, sehingga kalau-kalau ada yang menariknya keluar dari sana, pastilah akan menjadi yang membuat Panda bahagia.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Minggu, 05 Mei 2013

Panda’s Heart





Jika boleh menginterupsi takdirnya, panda mungkin akan melewatkan 6 tahun yang membuat kelopak matanya menghitam. Enam tahun yang membuat hidupnya seperti alat pendeteksi detak jantung, naik-turun-mendatar dan berulang. Panda bisa dibilang salah menjatuhkan hatinya, dan ia tidak tahu jika itu hanya membuat ia punya harapan tinggi-lalu jatuh-menggapainya lagi-lalu jatuh

Itu tidak mudah untuk panda yang dari matanya saja sudah terlalu lelah, terlebih harus berusaha terbang dengan tubuh gempalnya. Sekali ia pernah terperosok dalam lubang yang dangkal, ia kecewa...ia bangun dan bilang “tidak apa-apa, tidak apa-apa...”. Lubang itu adalah perasaannya, yang masih berdasar, masih kosong. Panda tak menginterupsi takdirnya, ia biarkan yang ia sayangi bahagia dengan yang lain.

Panda masih sering mengintip lubang berdasar itu, sesekali tersenyum karena ada kebaikan yang ia terima dari yang disayanginya, walau tidak bersamanya. Dua kali ia pernah terperosok dalam lubang yang sama, tapi kali ini lubang bertambah dalam, perasaan yang lebih dalam. Dengan susah payah ia menarik diri keluar dari lubang perasaannya, sambil menangis ia berkata, “tidak apa2, walau sebenarnya ini lebih sakit dari yang terakhir”

Tak ada kuasa untuk menginterupsi takdir, untuk kedua kali yang disayanginya bahagia dengan yang lain. Panda duduk di tepi lubang perasaannya, melihat kedalam seperti mencari dasarnya... sepertinya kali ini jauh-jauh lebih dalam, Panda berbisik, “akankah aku jatuh lagi di lubang yang semakin dalam ini? Karena kali ini sepertinya aku tidak akan bisa memanjat keluar”

Takdir mendorongnya lagi di lubang persaannya yang terdalam, benar...seperti tak berdasar, Panda jatuh tanpa menyentuh dasar, turun...dan turun. Ketiga kalinya ia jatuh di lubang perasaan yang sama, dan kali ini rasanya tak terelaskan...mungkin karena tidak berdasar jadi tidak sakit. “Aku sudah sampai pada perasaan ini, tak ada yang bisa kulakukan untuk menarik diriku sendiri, sehingga bolehkah aku menikmatinya saja untuk yang terakhir?”

Lubang perasaannya tetap terbuka, sehingga kalau-kalau ada yang menariknya keluar dari sana, pastilah akan menjadi yang membuat Panda bahagia.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Trending of Mademoiselle