Penulis:
Kongjian Yu, Dihua Li, Nuyu Li
Sekolah Arsitektur Lanskap, Universitas Beijing, Beijing 100871, Cina Forestry Bureau Cina, Beijing, Cina
Tersedia secara online 13 Desember 2004
Translasi & Resume oleh:
Vina Pratiwi
1.
Pendahuluan
1.1 Latarbelakang
Jalur
hijau merupakan koridor dengan lebar yang bervariasi, terhubung dalam jejaring
yang terkoneksi satu sama lain yang berfungsi sebagai jalur ekologis, jalur
hijau rekreasi, dan koridor warisan sejarah (Fabos, 1995). Konsep jalur hijau
yang merupakan adaptasi dari Dunia Barat pada dasarnya memiliki sejarah
tersendiri bagi masyarakat Cina. Latar belakang dari adanya evolusi jalur hijau
di Cina adalah adanya bencana alam, kepemimpinan negara, dan peran ilmu
pengetahuan, kemajuan sosial, geografi, serta lingkungan alam negaranya.
Berdasarkan latar belakang tersebut Cina mengalami perubahan dan perkembangan
dalam hal jalur hijau. Jalur hijau yang dibahas meliputi 3 fungsi jalur hijau yang
terdiri atas jalur hijau tepi sungai, jalur hijau jalan (transportasi darat:
jalan, jalan tol, jalur kereta api, dll), dan jalur hijau pertanian sebagai
upaya perlindungan pertanian. Kerangka pemikiran dari studi ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
1.2 Tujuan
Tujuan
umum dari kajian ini adalah untuk mengetahui perkembangan jalur hijau di Cina.
Tujuan khusus kajian yaitu menganalisis
1.
Mendeskripsikan
bentuk-bentuk jalur hijau yang berkembang di Cinadengan setting waktu tertentu;
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya evolusi jalur hijau di Cina;
3.
Kendala
atau keterbatasan dalam perubahan dan perkembangan jalur hijau di Cina.
2.
Pembahasan
2.1 Bentuk/Tipe
Jalur Hijau yang terdapat di Cina
Pada konteks masyarakat Cina, diterangkan jalur hijau
sebagai lanskap linear dengan elemen pepohonan dan vegetasi. Secara bentuk dan
fungsi, tiga tipe jalur hijau yang didiskusikan adalah (1) Jalur hijau tepi
sungai yang bergabung dengan koridor air atau batas air; (2) Jalur jalan atau
jalur hijau jalan yang berasosiasi dengan sistem transportasi darat, termasuk
jalur cepat/tol jalur kereta api, jalan kota, dan jalan lainnya; (3) jalur
hijau pertanian yang ada di sepanjang batas lahan pertanian dan berasosiasi
dengan perlindungan dari angin.
2.1.1
Jalur Hijau Tepi Sungai
Jalur hijau tepi sungai diartikan sebagai jalur hijau sepanjang sungai,
aliran sungai, kanal, dan terusan. Tradisi dari jalur hijau tepi sungai, dimulai
sebagai reaksi untuk perlindungan dan konsolidasi bantaran sungai dan menyusun
penanaman pohon serta semak sepanjang sungai dan terusan-terusan dengan
pendekatan yang lebih sistematik dalam mengembangkan sistem jalur hijau
pada jalur drainase (Gambar 2).
Sistem
pencegahan bencana yang multi fungsi dan ekologis ini menjadi dasar dalam
mengendalikan banjir (She and Wang, 1999). Sungai yang direncanakan dan dikelola jalur hijaunya yaitu Sungai
Yangtse bagian hulu dan tengah, DAS Sungai Huihe, DAS Sungai Kuning bagian
tengah, DAS Sungai Liao He, dan DAS Zhu Jiang.
2.1.2 Jalur Hijau Jalan
Jalur hijau sepanjang jalan atau
jalur taman didefinisikan sebagai
jalur hijau di sepanjang jalan, jalan, kereta api dan jalan raya. Fungsi utama jalur hijau jalan diantaranya memberikan keteduhan dan tempat tinggal
terhadap angin, dan
melindungi jalan dari banjir atau
kerusakan lainnya. Fungsi visual dan persepsi juga
salah satu alasan utama. Pada sejarah panjang jalur
hijau jalan, pembaca akan dikenalkan
pada evolusi dari jalan-jalan ibukota
kekaisaran, jalur hijau jalan kereta
api, dan sistem koridor hijau
sepanjang jalan raya (Gambar 3).
Jalur
Hijau Lahan Pertanian
Jalur hijau lahan pertanian
dapat didefinisikan sebagai penahan angin yang tumbuh untuk melindungi dari
bencana angin dan badai pasir. Hal ini umum di Cina Utara, karena ada ancaman angin
dingin musim semi dan pergeseran bukit pasir untuk pertanian tanaman (Gambar 4).
2.2 Evolusi
Jalur Hijau di Cina
No
|
Periode
|
Deskripsi Jalur Hijau Cina
|
1
|
1100-770 b.c.
|
Jalur hijau dibangun
pertama kali pada Dinasti Zhou,
Menurut Zhou Li (Kitab Ritual
Zhou)
|
2
|
awal musim semi dan
gugur 770-476 b.c.
|
Pemikir terkenal bernama
Guan Zhi menjelaskan dalam pekerjaannyabahwa penanaman semak sepanjang
sempadan sungai dikonsolidasi dan dilindungi dari bahaya banjir.
|
3
|
221-207b.c
|
Kaisar Qin
Shi Huang jalan raya nasional
dibangun sebagai ukuran untuk memantau kestuan negara. Pohon ditanam di sepanjang jalan raya nasional sesuai
dengan standar tertentu dan dua
baris pohon pinus ditanam
di tengah jalan raya yang merupakan koridor khusus yang hanya digunakan oleh kaisar
|
4
|
Dinasti Zhou 110-770
b.c.
|
Sudah menjadi aturan
bahwa pohon ditanam sepanjang parit diluar batas kota (Ritual Dinasty Zhou),
dan untuk ditanami tanaman dan mengelola jalur hijau parit.
|
5
|
tahun 927
|
Setelah banjir yang
menyebabkan kerusakan besar pada ibukota, Kai Feng, kaisar Dinasti Song
meminta pohon lokal/asli seperti pohon willow dan elm untuk ditanam sepanjang
Sungai Kuning
|
6
|
tahun 1038-1040
|
Catatan Shen Kuo: raja
terakhir menebang kayu yang ditanam oleh leluhurnya, banjir menghabisi
lahan-lahan produksi.
|
7
|
Dinasti Qing
1644-1911a.d.
|
Zhuo Zhongtang:
menanam jutaan pohon
willow sepanjang
1500 kilometer. Tradisi menanam pohon
terus berkembang sebagai sosialisme Cina.
|
8
|
akhir Dinasti Qing awal
1904
|
Kontrak 30 tahun-an ditandatangani
antara Departemen Jalur Kereta Api Nasional dan Perusahaan Fu He untuk
menanam pohon di sepanjang rel kereta api antara Beijing dan Kou Ying.
|
9
|
tahun 1907
|
Pemerintah Qing
memerintahkan departemen dari kereta api Beijing-Taiyuan, dan kereta api
Beijing-Hankou untuk menanam pohon di sepanjang rel kereta api.
|
10
|
tahun 1914
|
pembibitan pohon lebih
dari 30 hektar didirikan untuk menyediakan bibit
|
11
|
tahun 1934,
|
Seorang profesor dari
Universitas Nanjing, Zhou Guohua, diundang untuk merencanakan jalur hijau
untuk Departemen Perkeretaapian.
|
12
|
Sebelum 1950
|
Fragmentasi angin memiliki menjadi praktik umum di utara China selama
lebih dari seratus tahun
|
13
|
tahun 1950,
|
Dengan bantuan Uni Soviet, sejumlah kota-kota terencana baru tumbuh
dengan pepohonan di jalan-jalannya
|
14
|
akhir 50-an dan 60-an
|
Kebijakan yang buruk ketika jumlah hutan berkurang selama
“kampanye industri besi-baja” dan gerakan masyarakat (Forestry
Department, 1999).
|
15
|
1950-1960
|
Penahan angin yang tegak lurus berorientasi pada angin dominan dan
dirancang dengan lebar 30-40 meter, dengan 200-500 meter dari pemisahan
antara baris.
|
16
|
Pasca 1970
|
Sistem jalur hijau penahan angin berbasis ekologis
|
17
|
tahun 1979
|
Dalam Kongres Nasional, resmi ditetapkan 12 Maret setiap tahunnya sebagai Hari Menanam Pohon
|
18
|
tahun 1980-an
|
Pemerintah bagian menyadari lagi
pentingnya drainase sistem jalur hijau dalam proteksi dari ancaman banjir dan
erosi tanah
|
19
|
April 1986
|
Kongres Nasional
melewati Rencana Lima tahunan ke-7, dimana disebutkan bahwa “Hutan perlu ada
di Bagian Hulu dan Tengah Sungai Yangtse untuk konservasi tanah dan air”.
|
20
|
tahun 1989
|
Proyek dimulai, difokuskan
pada 10 area kritis, dimana pada batang sungai dan area pegunungan. Pada
akhir tahun 2000, dilaporkan kesuksesan besar dengan lebih dari 7.4 juta Ha
hutan ditanami menutup 20-29% area lahan target.
|
21
|
tahun 1992
|
Kementrian Kehutanan
mengusulkan masterplan untuk membangun sistem jalur hijau untuk seluruh
daerah aliran sungai. Program ini dilaksanakan pada tahun 1995
|
22
|
tahun 1993
|
Departemen Kehutanan mengusulkan master plan untuk pembangunan jalur hijau di sepanjang sungai Zhu Jiang.
|
23
|
tahun 1995
|
Dewan Negara Bagian menyetujui rencana untuk
pembangunan jalur hijau di
bagian pertengahan dari Sungai Kuning.
Berdasarkan rencana ini, 3,15
juta hektar pohon harus ditanam dalam 15 tahun (1995-2010)
|
24
|
tahun 1995
|
Dewan Negara Bagian menyetujui rencana induk untuk pembangunan sistem jalur hijau sepanjang Sungai Liao He. Pada
tahun 2000, dilaporkan bahwa 100.000
hektar hutan telah ditanam
|
25
|
musim panas tahun 1998
|
Masyarakat dunia menyaksikan gambar dramatik di tv yang menceritakan
San San seorang gadis kecil memegang pohon siang-malam untuk bertahan dari
banjir besar di Sungai Yangtse Tradisi dari jalur hijau
tepi sungai, dimulai
|
26
|
Sebelum abad ke-20
|
Pendekatan top-down
untuk perencanaan menjadi prioritas dalam perlindungan fungsi jalur hijau
|
|
tahun 2000
|
Dilaporkan bahwa,
320.000 hektar pohon telah ditanam dan efek positif dalam pengurangan erosi tanah telah diamati
|
2.3 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Terjadinya Evolusi Jalur Hijau di Cina
2.3.1 Faktor
Alam/ Biofisik:
a.
Keunikan
kondisi geografis dan lingkungan: Cina berada di
lahan yang bergelombang, yang 14 % nya baik untuk ditanami, relatif
cukup subur, perluasan budidaya ke
berbukit dan daerah gersang dan sekitar 70-80%
dari populasi bergantung pada pertanian, jumlah hutan, lahan yang ditanami, dan
air
b.
Berkaitan
dengan seringnya terjadi bencana seperti banjir, kekeringan, badai pasir,
desertifikasi, dan erosi tanah.
2.3.2 Faktor
Sosial-Sejarah-Budaya
a.
Sejarah
pertanian
b.
Perubahan
dalam masyarakat, terutama pada tahun 1950 dan 1980-an, yang mengubah
praktik-praktik yang terkait dengan individu kepemilikan tanah, produksi
pertanian dan organisasi terhadap bencana
c.
Pengaruh
ekologi modern, praktik jalur hijau konstruksi keluar dari konsep Feng-shui
dengan pengalaman berbasis tunggal-fungsi penahan angin untuk sistem ekologi
dan keamanan jaringan didirikan pada sistematis pemahaman tentang bencana.
2.3.3 Faktor
Politik
a. Kebijakan pada bidang kehutanan, kebijakan yang buruk pada akhir
50-an dan 60-an ketika jumlah hutan berkurang selama “kampanye industri
besi-baja” dan gerakan masyarakat
b. Peran organisasi
pemerintah dan pemimpin negara, seperti Dr Sun Yetsun dan Ketua Mao,
mempromosikan kampanye melawan bencana.
2.4 Keterbatasan
dan Tantangan dalam Perubahan dan Perkembangan Jalur Hijau di Cina
Keterbatasan
dan tantangan dalam perkembangan jalur hijau di Cina berkaitan dengan metode,
fungsi, ilmu perencanaan jalur hijau, serta pemahaman tentang kota yang indah.
2.4.1 Metode
Pendekatan
top-down yang dilakukan oleh
pemerintah Cina perlu diselaraskan dengan partisipasi masyarakat Cina.
Pendekatan top-down merupakan
refleksi sistem pemerintahan terpusat lewat pembentukan sosial simbolik,
sementara jalur hijau merupakan simbol yang mencerminkan formasi sosial Cina.
Sistem pendekatan top-down cukup
efektif, namun perlu ditelaah untuk ketersediaan jalur hijau dalam jangka
panjang.
2.4.2 Fungsi
Utama Jalur Hijau
Fungsi jalur hijau
di Cina mengikuti kebutuhan dari sosial masyarakatnya, pada tahun 1980 jalur
hijau masih kurang diprioritaskan karena masyarakat masih berorientasi pada
kelangsungan hidupnya. Ketika terjadi urbanisasi pada tahun 2003, fungsi jalur
hijau berkembang ke arah penggunaan rekreasi. Trend saat ini adalah pemanfaatan
jalur hijau sebagai sarana rekreasi yang mampu memberi perlindungan bagi
habitat, warisan sejarah/budaya dengan ilmu ekologi sebagai dasarnya.
Diharapkan jalur hijau mampu menyediakan keindahan pemandangan akibat
urbanisasi yang meningkat.
2.4.3 Ilmu
Perencanaan Jalur Hijau
Upaya perencanaan jalur hijau di
Cina perlu didasari oleh basis ilmiah. Sementara peran masyarakat ilmiah Cina
dalam membuat keputusan terbatas. Studi ekologi lanskap akan memberikan peran
dalam upaya perencanaan jalur hijau.
2.4.4 Kesalahpahaman
tentang “Kota yang Indah”
Kesalahpahaman
dari pembentukan kota yang indah, pernah terjadi di Cina. Kota yang indah
diaplikasikan melalui sungai di perkotaan yang dibendung, dilapisi beton,
pepohonan asli dipangkas dan digantikan pohon eksotis dan tanaman bunga. Kesalahan
ini salah satunya adalah karena adopsi dari jalur hijau yang ada di Barat. Jalur
hijau di Cina harus direncanakan untuk keamanan negara dalam jangka panjang dan
memberikan jasa lingkungan untuk kota-kota secara berkelanjutan.
3. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah
ini adalah evolusi jalur hijau di Cina dilatarbelakangi oleh faktor alam dan
faktor sosial-budaya-politik. Faktor alam yang mempengaruhi adalah kondisi
geografi berupa pegunungan, lingkungan, bencana alam, serta pengaruh ekologi
modern. Faktor sosial-ekonomi-politik yang mempengaruhi evolusi jalur hijau
adalah perubahan masyarakat (kepadatan, dll), sejarah pertanian, peran
organisasi pemerintah. Faktor-faktor tersebut yang mendorong perubahan jalur
hijau di Cina, yang pada awalnya tidak menjadi prioritas kemudian berkembang
menjadi konsep kosmetika kota, hingga sekarang berkembang menjadi jalur hijau
yang terkoneksi di seluruh tipe koridor di Cina. Tipe jalur hijau yang
dikembangkan di Cina adalah jalur hijau tepi sungai, koridor jalan (tol dan kereta
api), serta jalur hijau lahan pertanian. Tipe jalur hijau tersebut ditujukan
fungsinya sebagai fungsi ekologi, rekreasi, dan sejarah/budaya. Beberapa
tantangan dalam perkembangan jalur hijau di Cina adalah metode top-down dalam merencanakan jalur hijau,
fungsi jalur hijau yang akan berubah dari aktu ke waktu, perencanaan jalur
hijau yang dapat mengukur signifikansi keberhasilan, dan kesalahpahaman
terhadap kota yang jalur hijaunya berupa ‘kosmetik’.